Kamis, 19 September 2013

Akuntansi Aktiva Tetap

Pengertian aset tetap
Aset yang dimiliki oleh suatu instansi/ perusahaan yang tujuannya bukan untuk dijual tetapi untuk digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan dan memiliki umur ekonomis (masa manfaat) yang lebih dari satu tahun.

Pengakuan aset tetap
Aset tetap diakui jika:
  1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi dari aset tersebut akan mengalir ke perusahaan.
Syarat ini terpenuhi apabila kepastian tinggkat aliran manfaat ekonomi pada saat pengakuan awal atau apabila risiko dan imbalan kepemilikan aset tersebut telah diterima oleh perusahaan.

     2.   Biaya perolehan aset tersebut dapat diperoleh/diketahui secara andal.

Perolehan  aset tetap akan  mudah dilihat akibat adanya transaksi eksternal, pengertian secara eksternal dalam hal ini adalah dapat diperbandingan dengan transaksi pembelian aset yang sama oleh perusahaan lain.

Pengukuran aset tetap

Setelah suatu aset tetap diakui, maka  manajemen harus menentukan kebijakan akuntansi atas perolehan aset dimaksud. Perusahaan harus memilih apakah menggunakan model revaluasi atau  atau model biaya sebagai kebijakan akuntansinya.
Dalam model Revaluasi (penarikan/penilaian kembali) aset tetap dicatat pada jumlah revaluasian, artinya nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi semua akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan atau kenaikan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Sementara dalam model biaya, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan semua akumulasi rugi penurunan nilai aset bila ada .

Perolehan awal aset tetap meliputi:
  1. Harga perolehan (harga sesuai  faktur)
  2. Biaya – biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen
  3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap serta restorasi (persiapan) lokasi aset  seta kewajiban ketika aset tersebut dipeorleh.

Terdapat beberapa cara untuk memperoleh aset tetap:
  1. Membeli secara tunai
  2. Membeli secara kredit
  3. Menerbitkan surat –surat berharga (obligasi, saham dan surat berharaga lain)
  4. Pertukaran dengan aset lain
  5. Dibangun sendiri
  6. Hadiah

Ad.1. Membeli secara tunai
Apabila aset tetap diperoleh secara tunai, maka harga perolehannya meliputi seluruh biaya yang terjadi sampai aset tersebut tiba ditempat dan siap untuk digunakan. Dalam hal ini jika terdapat potongan atas pembelian aset tetap maka potongan tersebut harus dikurangkan dari harga perolehan atau harga faktur  aset tetap bersangkutan. Apabila dalam suatu pembelian aset tetap diperoleh lebih dari dari satu jenis aset maka harga perolehan aset tersebut harus dialokasikan  pada masing – masing aset secara terpisah.

Contoh: 1
Misalkan PT A membeli sebuah mesin secara tunai pada tanggal 1 Februari 2009 dengan harga Rp 50.000.000,-  PPN 10% dan biaya lain yang dikeluarkan sehuhungan perolehan aset tersebut adalah biaya pengangkutan sebesar Rp 1.000.000,- biaya pemasangan Rp 500.000,- biaya asuransi Rp 10.000.000,- berdasarkan data tersebut maka harga perolehan atas aset tetap dapat dihitung sebagai berikut:
Harga perolehan:
Harga mesin                Rp 50.000.000,-
PPN                                        5.000.000,-
Biaya pengangkutan                1.000.000,-
Biaya pemasangan                      500.000,-
Biaya asuransi                       10.000.000,-
Total harga perolehan        Rp 66.500.000,-

(Perhitungan PPN: 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000,-)
Jurnal untuk mencatat perolehan mesin tersebut adalah sebagai berikut:
1/02/2009 Mesin 66.500.000,-
          Kas   66.500.000,-
Contoh: 2
Sebuah peralatan dibeli dengan nilai nominal Rp 50.000.000,- dengan syarat 2/10, n/60. Dalam kasus ini jika peralatan di bayar dalam watuk maksimal 10 hari sejak faktur diterbitkan maka harga perolehan harus dicatat sebesar setara kas yang akan mungkin diberikan tanpa melihat apakah potongan tersebut terjadi atau tidak terjadi, dengan demikian pencatatan awal adalah:
          Peralatan 49.000.000.
                      Kas 49.000.000.
Akan tetapi jika harga tersebut dibayar setelah hari ke 10, maka akan dicatat sebagai berikut:
         Peralatan 49.000.000
         Diskonto diabaikan (kerugian)   1.000.000
              Kas 50.000.000
Apabila dua atau lebih aset dibeli secara bersamaan, maka masalah yang timbul adalah pengakuan terkait dengan komponen mana yang akan termasuk sebagai bagian dari perolehan masing – masing aset.,
Contoh: 3
Misalakan PT A membeli sebidang tanah untuk tujuan pembangunan sebuah gedung pabrik, atas pembelian tersebut terjadi biaya – biaya  berikut:
Harga pembelian tanah   : Rp 100.000.000
Biaya hukum/ notaris pembelian tanah   :  Rp  20.000.000
Biaya pembersihan/penghancuran   :  Rp  15.000.000
Biaya perataan tanah           :  Rp  10.000.000
Biaya Konstruksi           :  Rp  12.000.000

Dalam contoh ini, kalimat “ digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud” menjadi panduan.
Oleh karena tanah dimaksud di atas  di beli untuk tujuan pembangunan pabrik biaya penghancuran bangunan lama dan biaya perataan tanah (yang diperlukan untuk membuat tanah itu berada dalam kondisi yang diinginkan agar “ digunakan sesuai  dengan keinginan dan maksud”  yaitu pembanguan pabrik, harus dikapitalisasi secara tepat sebagai bagian dari harga perolehan tanah.  Biaya konstruksi dan  penghancuran tempat tinggal  buruh bangunan diperlukan untuk pembangunan pabrik sehingga dimasukkan sebagai bagian dari perolehan bangunan pabrik.

Ad. 2. Membeli  secara Kredit angsuran
Ada kalanya perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli aset tetap secara tunai, maka perusahaan dapat memperolehnya dengan cara mengangsur atau membeli secara kredit. Dalam hal ini, pembayaran untuk pembelian aset tersebut dapat dilakukan dengan pembayaran uang muka terlebih dahulu. Kemudian pembayaran selanjutnya dapat dilakukan dengan mengangsur cicilan pokok ditambah bunga atas utang yang timbul sebagai akibat dari pembelian kredit. Bunga yang terjadi selama masa angsuran tidak boleh dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan tetapi akan diakui atau dibebankan sebagai biaya bunga. 

Contoh: 1
Misalkan PT A membeli sebuah mesin pada tanggal 1 Februari 2009 dengan harga Rp 50.000.000,-  dimana pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil sebanyak 4 kali yakni setiap tanggal 1 April, 1 Juni, 1 Agustus dan 1 Oktober. Dengan bunga tetap sebesar 2% dari harga beli untuk setiap angsuran.  Sedangkan pembayaran tunai pada saat pembelian adalah PPN 10%, biaya  pengangkutan sebesar Rp 1.000.000,- biaya pemasangan Rp 500.000,- biaya asuransi Rp 10.000.000,- berdasarkan data tersebut maka harga perolehan atas aset tetap dapat dihitung sebagai berikut:
Harga perolehan:
Harga beli kredit      Rp 50.000.000,-
Pengeluaran yang dibayar tunai:
PPN        Rp 5.000.000,-
Biaya pengangkutan     1.000.000,-
Biaya pemasangan        500.000,-
Biaya asuransi   10.000.000,-
Total pengeluaran tambahan Rp 16.500.000,-
Total harga perolehan Rp 66.500.000,-

(Perhitungan PPN: 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000,-)
Jurnal untuk mencatat pembelian mesin tersebut adalah sebagai berikut:
1/ 02/2009 Mesin 66.500.000,-
          Utang  Usaha           50.000.000,-
          Kas   16.500.000,-
Perhitungan pembayaran angsuran sebanyak 4 kali yaitu angsuran pokok ditambah bunga:
Penyusutan=(Jumlah hutang angsuran)/(Lama angsuran)

Penyusutan=(RP 50.000.000)/4
          =Rp 12.500.000

Angsuran I = Rp 12.500.000 + ( 2% x Rp 50.000.000) = Rp 13.500.000,-
Angsuran II = Rp 12.500.000 + ( 2% x Rp 50.000.000) = Rp 13.500.000,-
Angsuran III = Rp 12.500.000 + ( 2% x Rp 50.000.000) = Rp 13.5000.000,-
Angsuran IV = Rp 12.500.000 + ( 2% x Rp 50.000.000) = Rp 13.5000.000,-
Jurnal untuk mencatat pembayaran angsuran I
1/04/2009 Utang Usaha 12.500.000,-
                Beban bunga  1.000.000,-
           Kas       13.500.000,-
(Perhitungan bunga: 2% x Rp 50.000.000 = Rp 1.000.000,-)
Jurnal untuk mencatat pembayaran angsuran II
1/06/2009 Utang Usaha 12.500.000,-
                Beban bunga  1.000.000,-
          Kas   13.500.000,-
(Perhitungan bunga: 2% x Rp 50.000.000 = Rp 1.000.000,-)
Jurnal untuk mencatat pembayaran angsuran III
1/08/2009 Utang Usaha 12.500.000,-
                Beban bunga  1.000.000,-
          Kas  13.500.000,-
(Perhitungan bunga: 2% x Rp 50.000.000 = Rp 1.000.000,-)
Jurnal untuk mencatat pembayaran angsuran IV
1/10/2009 Utang Usaha 12.500.000,-
                Beban bunga  1.000.000,-
          Kas   13.500.000,-
(Perhitungan bunga: 2% x Rp 50.000.000 = Rp 1.000.000,-)

Ad. 3. Penerbitan surat-surat berharga

Ada kalanya aset diperoleh dengan menerbitkan saham (ekuitas). Dalam kasus seperti ini nilai aset tetap akan di akui/dicatatkan sebesar nilai wajar ekuitas tersebut saat diterbitkan.
Aset tetap yang dipeoleh dengan menerbitkan surat-surat berharga  baik yang berupa  obligasi maupun saham, nilai/harga peolehannya ditentukan berdasarkan nilai pasar yang wajar atas surat-surat berharga tersebut. Ada kalanya harga pasar dari surat-surat berharga maupun harga pasar aset tetap yang akan dipertukarkan tidak diketahui, maka dalam keadaan seperti ini  nilai pertukaran sebagai dasar pencatatan harga perolehan aset tetap ditentukan oleh  pimpinan perusahaan.  Apabila surat-surat berharga dijual dengan harga yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai nominal yang telah ditetapkan, maka perkiraan agio/premi atau disagio/diskonto harus diperlakukan sebagai penambah atau pengurang terhadap nilai nominal.

Contoh: 1
Sebuah perusahaan sebut saja PT A  membeli  tanah dengan menerbitkan 1.000 lembar saham dengan nilai per lembar saham adalah Rp 1.000.000,-  jika di asumsikan bahwa saham PT A diperdagangkan  di pasar sekuritas dengan nilai Nominal Rp 750.000 per lembar saham, maka pencatatan atas perolehan aset tetap tersebut adalah sebagai berikut:
       Tanah 750.000.000
       Diskonto saham         250.000.000
                Modal saham 1.000.000.000
Contoh: 2
Misalkan pada tanggal 1 Agustus 2009 PT A menerbitkan 100 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 1.000.000,- per lembar saham untuk memperoleh sebuah mesin dengan harga  sebesar Rp 80.000.000,-
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

1/08/2009 Mesin 80.000.000.-
         Disagio saham biasa 20.000.000,-
          Saham biasa  100.000.000,-
(Perhitungan saham biasa: 100 lembar x Rp 1.000.000 = Rp 100.000.000,-)

AD. 4. Pertukaran dengan aset tetap yang lain
Apabila suatu aset tetap dipertukarkan dengan aset lain, timbul pertanyaan tentang apakah aset yang dibeli harus diukur berdasarkan nulai buku atau nilai wajar?
Menilai suatu aset berdasarkan nilai wajar aset yang ditukarkan akan lebih konsisten dengan konvensi dibandingkan dengan biaya historis. Bagaimana pun, memperhitungkan nilai wajar aset yang ditukarkan akan menimbulakan keuntungan atau kerugian.

Contoh:
PT A menukarkan Bangunan dengan sebuah  mesin. Bangunan tersebut diperoleh seharga Rp 100.000.000,- dibukukan sebesar Rp 90.000.000,- dan memiliki nilai pasar sebesar Rp 80.000.000,-  pada saat pertukaran. Mesin  itu memiliki nilai pasar Rp 120.000.000,- 
Jurnal pada saat pertukaran adalah sebagai berikut:
      Peralatan Kantor           120.000.000
      Akumulasi Penyusutan             10.000.000
       Kendaraan bermotor          100.000.000
       Keuntungan atas penjualan kendaraan     10.000.000
       Kas                     20.000.000


Perolehan aset tetap dapat dilakukan dengan cara pertukaran atau sering disebut dengan istilah tukar tambah. Dalam prakteknya perusahaan dapat mengalami laba atau rugi atas pertukaran asetnya. Proses pertukaran itu sendiri dapat dilakukan dengan menukarkan aset lama yang dimiliki perusahaan dengan aset baru milik perusahaan lain baik pertukaran aset yang sejenis maupun tidak sejenis.
Sama halnya dengan perolehan aset tetap dengan penerbitan surat-surat berhaga, apabila transaksi semacam ini terjadi maka aset harus dicatat sebesar  harga pasar yang wajar dari aset tersebut. Dalam hal ini, apabila pertukaran yang terjadi adalah pertukaran aset yang tidak sejenis maka laba atau rugi atas pertukaran  tersebut  harus diakui apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar dari aset yang diserahkan, sedangkan apabila yang terjadi adalah pertukaran aset tetap yang sejenis maka laba atau rugi pertukaran tidak akan diakui.

Pertukaran aset tetap yang sejenis
Nilai aset tetap dicatat sebesar nilai buku yang diperoleh atau diserahkan. Apabila dalam pertukaran aset tetap yang sejenis terdapat perbedaan nilai wajar sehingga mengakibatkan timbulnya laba atau rugi pertukaran  maka perbedaan tersebut tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengoreksi nilai wajar aset yang diperoleh. Sebaliknya bila nilai buku aset yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aset yang diterima,maka nilai aset tetap baru yang diserahkan harus diturunkan dan nilai baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar raset yang diterima.

Contoh:
Misalkan pada tanggal 4 Maret 2007 PT A menukarkan mesin model lama seharga Rp 9.000.000,- dengan akumulasi penyusutan sebesar Rp 8.000.000,- .Dengan demikian nilai buku aset tersebut adalah Rp 1.000.000,-. Harga dari mesin yang baru adalah Rp 11.000.000,- dan dialer mesin tersebut memberikan nilai tukar untuk mesin lama perusahaan sebesar Rp 1.000.000,-. Jadi PT A hanya membayar Rp 10.000.000 untuk pembelian tersebut. Maka pencatatan yang dilakukan untuk pertukaran ini adalah sebagai berikut:
4/03/2007   Mesin ( baru)       11.000.000,-
          Akumulasi penyusutan-mesin lama 8.000.000,-
            Mesin (lama)              9.000.000,-
            Kas    10.000.000,-

a..i . Pertukaran dengan mengeluarkan kas
Contoh:
Misalkan pada tanggal 3 Februari 2007 PT X menukarkan truk model lama yang mereka miliki dengan truk model baru. Harga peroleha truk model lama adalah sebesar Rp 15.000.000,- dan akumulasi penyusutannya adalah sebesar Rp 7.000.000,- Truk model baru memiliki harga paar (nilai wajar)  sebesar Rp 28.000.000,-. PT X membayar Rp 20.000.000,- secara tunai atas pertukaran tersebut. Perhitungan atas pertukaran tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
Harga perolehan truk model lama Rp 15.000.000,-
Akumulasi Penyusutan                    (7.000.000,-)
Nilai buku truk model lama         Rp   8.000.000,-
Kas yang dibayarkan       20.000.000,-
Harga perolehan truk model baru           Rp 28.000.000,-

Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
03/02/2007 Truk (baru) 28.000.000,-
        Akumulasi Penyu-truk lama  7.000.000,-
        Truk (lama)    15.000.000,-
        Kas             20.00.000,-

a. ii. Pertukaran dengan penerimaan kas
Contoh:
Misalkan pada tanggal 3 Maret 2007 PT X menukarkan mesin model lama  dengan mesin model baru. Harga perolehan mesin lama sebesar Rp 50.000.000,- dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp 20.000.000,-. Harga pasar mesin model baru sebesar Rp 35.000.000,-  dan PT X menerima uang sebesar Rp 5.000.000,-.
Pertukaran aset tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
Harga perolehan mesin model lama Rp 50.000.000,-
Akumulasi Penyusutan                 (20.000.000)
Nilai buku mesin model lama         Rp  30.000.000,-
Kas yang diterima                 (5.000.000)
Harga perolehan truk mesin baru           Rp 25.000.000,-
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran ini sebagai berikut:
03/02/2007 Mesin (baru)  25.000.000,-
        Akumulasi Penyu-mesin lama  20.000.000,-
        Kas              5.000.000,-
           Mesin (lama)        50.000.000,-

Pertukaran aset tetap yang tidak sejenis
Aset tetap yang tidak sejenis adalah aset tetap yang mempunyai fungsi dan sifat yang tidak sama, misalnya pertukaran tanah dengan mesin, tanah dengan bagunan dan lain-lain. Pertukaran aset yang tidak sejenis baik yang disertai dengan penyerahan  uang tunai maupun penerimaan uang tunai, kemungkinan dapat menimbulkan terjadinya laba atau rugi pertukaran. Dalam pertukaran aset  tetap yang tidak sejenis apabila terjadi keuntungan atau kerugian  sebagai akibat dari pertukaran,  maka keadaan tersebut harus diakui. Penentuan nilai wajar pada pertukaran aset tetap yang tidak sejenis juga harus didasarkan pada nilai wajar  aset tetap yang diserahkan ditambah dengan uang tunai yang diserahkan. Bila nilai wajar aset tetap yang diserahkan tidak diketahui, maka harga perolehan aset baru didasarkan pada nilai wajar aset baru.

Contoh:
Misalkan tanggal 4 Maret 2007 PT A mempunyai mesin model lama seharga Rp 9.000.000,- dengan akumulasi penyusutan sebesar Rp 8.000.000,- .Dengan demikian nilai buku aset tersebut adalah Rp 1.000.000,-. Perusahaan akan menukarkan aset tersebut dengan 3 unit komputer seharga Rp 11.000.000,- dari pertukaran tersebut pihak toko komputer memberikan nilai tukar untuk mesin perusahaan sebesar Rp 1.000.000,-. Jadi PT A hanya membayar Rp 10.000.000 untuk pembelian tersebut.  Pencatatan untuk pertukaran ini adalah sebagai berikut:
4/03/2007 Komputer              11.000.000,-
        Akumulasi penyusutan-mesin lama 8.000.000,-
            Mesin                 9.000.000,-
              Kas                10.000.000,-

b. i. Laba yang diakui dari pertukaran aset tetap yang tidak sejenis
Contoh:
Misalkan pada tanggal 13 Januari 2007 PT A menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp 20.000.000,- akumulasi penyusutan sebesar Rp 15.000.000,- sehingga nilai bukunya sebesar Rp 5.000.000,- . Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp 8.000.000,- Harga perolehan truk baru sebesar Rp 25.000.000,- sehingga PT A  harus membayar Rp 17.000.000,-
Laba atas pertukaran tersebut dapat dihitung sebagai berikut;
Nilai wajar mesin Rp 8.000.000,-
Harga perolehan mesin         Rp 20.000.000,-
Akumulasi penyusutan mesin            (15.000.000)
                  Rp5.000.000
Laba pertukaran mesin          Rp 3.000.000,-
Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah:
13/01/2007 Truk 25.000.000,-
         Akum. Penyusutan         15.000.000,-
             Kas 17.000.000,-
             Mesin 20.000.000,-
             Laba pertukaran mesin   3.000.000,-

b. ii. Kerugian yang diakui dari pertukaran aset tetap yang tidak sejenis

Contoh:
Misalkan pada tanggal 13 Januari 2007 PT A menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp 20.000.000,- akumulasi penyusutan sebesar Rp 10.000.000,- sehingga nilai bukunya sebesar Rp 10.000.000,- . Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp 8.000.000,- Harga perolehan truk baru sebesar Rp 25.000.000,- sehingga PT A  harus membayar Rp 17.000.000,-
Rugi atas pertukaran tersebut dapat dihitung sebagai berikut;
Nilai wajar mesin         Rp 8.000.000,-
Harga perolehan mesin Rp 20.000.000,-
Akumulasi penyusutan mesin             (10.000.000)
                (Rp10.000.000)
Rugi pertukaran mesin           Rp 2.000.000,-
Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah:
13/01/2007 Truk 25.000.000,-
       Akum. Penyusutan 10.000.000,-
       Rugi pertukaran mesin  2.000.000,-
         Kas    17.000.000,-
         Mesin    20.000.000,-

Ad. 5. Dibangun sendiri
Ada kalanya perusahaan membangun sendiri aset tetap yang dibutuhkan dengan tujuan peningkatan mutu, pendayagunaan fasilitas tertentu yang menganggur, penghematan biaya. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun sendiri mencakup semua biaya yang timbul untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen, dan biasanya mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead pabrik yang dapat dialokasikan untuk asset tersebut.

Jika dalam pembangunan suatu aset didanai oleh pinjaman dari lembaga keuangan atau pihak lain yang meninmbulakan adanya bunga, maka biaya bunga yang timbul tersebut harus di kapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan  aset tetap jika memenuhi syarat sebagaimana tertulis dalam PSAK 26  tentang “ biaya pinjaman” sebagai berikut:
  1. Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah biaya yang dapat diatribusikan langsung dengan konstruksi atau bangunan aset tetap.
  2. Biaya pinjaman tersebut menghasilakan manfaat ekonomi masa depan untuk entitas dan dapat diukur dengan andal.

Beberapa masalah yang akan dihadapi perusahaan yang menyangkut pembangunan sendiri aset tetapnya antara lain:
  1. Harga perolehan dengan membangun sendiri kemungkinan lebih tinggi daripada membeli yang sudah jadi.
  2. Bunga selama periode pembangunan.
  3. Masalah overhead yang akan dibebankan ke dalam harga perolehan.

Harga perolehan aset tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tersebut termasuk biaya yang harus ditangguhkan. Apabila harga pokok atau harga perolehan aset tetap yang  dibangun sendiri lebih rendah dari harga beli di pasar, maka selisihnya merupakan keuntungan sedangkan apabila harga pokok aset yang dibangun sendiri itu lebih tinggi dari harga beli di pasar dicatat sebagai kerugian.

Ad.6. Hadiah
Ketika perusahaan memperoleh aset tetap yang bersumber dari hadiah baik dari perorangan maupun dari lembaga, harus dinilai dan dicatat sesuai dengan nilai pasar yang wajar.  Dalam perolehan hadiah kemungkinan akan dikeluarkan biaya-biaya. Biaya yang dikeluarkan tersebut akan dicatat dengan mengurangi  perkiraan modal donasi (sumbangan) dan mendebet sebesar biaya yang dikeluarkan.
Contoh:
Misalkan tanggal 1 Juni 2009 PT X menerima hadiah berupa 5 unit komputer sebesar Rp 15.000.000,-  dan PT X mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000. Maka perolehan tersebut dicatat sebagai berikut: 
1/06/2009     Komputer 15.000.000,-
            Modal hadiah 14.900.000,-
             Kas     100.000,-

Model biaya
Menurut  model biaya, suatu aset dicatat sebesar nilai perolehannya dikurangi dengan semua akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai aset

Pengukuran biaya perolehan
Pada umumnya komponen biaya perolehan aset tetap terdiri dari biaya perolehan (harga beli) aset dimaksud dan biaya – biaya setelah perolehan.

Setelah perolehan aset tetap, terkadang dikemudian hari terjadi biaya – biaya tertentu, sebagai contoh biaya perbaikan, biaya penggantian ondelrdil/sparepat dan lain – lain. Masalah yang muncul  terhadap biaya- biaya tersebut adalah apakah biaya – biaya tersebut akan dicatat sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) dan dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan  aset atau akan di perlakukan sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) yang akan di catatakan di laba rugi (dibebankan ke penghasilan tahu berjalan)
Untuk mengatasi masalah ini, PSAK 16 menyatakan  bahwa biaya yang muncul setelah tanggal perolehan dapat di kapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan jika memenuhi kiriteria berikut:
  1. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir keperusahaan.
  2. Biaya perolehan dapat diukur dengan andal.

Secara umum, biaya setelah perolehan dikatakan dapat memiliki “ manfaat ekonomis di masa depan” jika:
  1. Perpanjangan estimasi manfaat.
  2. Peningkatan kapasitas.
  3. Perbaikan kualitas keluaran (out put).
  4. Penurunan biaya operasional. 

Penyusutan aset tetap (Depresiation fixed asset)
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu  aset sepanjang masa manfaatnya. Dengan demikian, dalam menentukan beban penyusutan, terdapat tiga factor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
  1. Jumlah yang dapat disusutkan.
  2. Estimasi umur manfaat.
  3. Metode alokasi/penyusutan.

Kriteria aset yang dapat disusutkan:
  1. Aset tersebut diharapkan akan digunakan lebih dari satu tahun (digunakan untuk jangka yang panjang).
  2. Memiliki masa manfaat yang terbatas.
  3. Dikuasai oleh perusahaan untuk digunakan dalam menyediakan barang dan jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, dan untuk tujuan administratif.

Suatu aset tetap akan mulai disusutkan ketika aset tersebut telah siap digunakan dan penyusutannya akn dihentikan  ketika aset itu di klasifikasikan sebagai aset yang dimiliki “ untuk dijual”. Dengan demikian penyusutan suatu aset tidak boleh di hentikan walaupun aset tersebut sedang tidak digunaka atau tidak lagi digunakan, kecualai aset itu telah sepenuhnya disusutkan.

Terdapat beberapa metode penyutan aset tetap antara lain:

Metode garis lurus (straigt line mothod)
Metode garis lurus (straight line method) menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Untuk menjelaskan metode ini, dimisalkan bahwa harga perolehan dari suatu aset tetap adalah sebesar Rp 16.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai residu (nilai sisa) sebesar Rp 1.000.000,- maka penyusutan untuk setiap tahunnya dapat dihitung sebagai berikut:

Penyusutan=(Harga Perolehan-Nilai  Residu)/(Umur Ekonomis)

Penyusutan=(Rp 16.000.000-Rp 1.000.000)/(5 Tahun)
        
        = Rp 3.000.000

Untuk kemudahan penerapan metode garis lurus, penyusutan tahunan bisa dikonversi ke persentase biaya yang dapat disusutkan. Persentase ini ditentukan dengan membagi 100% dengan lamanya umur manfaat. Misalnya jika umur suatu aset 20 tahun, maka penyusutan pertahunnya adalah 100% / 20 tahun = 5%

Metode unit produksi (unit of production method)
Metode unit produksi (unit-of-production method) menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset. Pertama-tama penyusutan dihitung untuk suatu satuan produksi yang bersangkutan, misalnya jam, mil, km. Total beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi kemudian ditentukan dengan mengalikan  penyusutan per unit dengan jumlah unit yang dihasilkan atau digunakan selama periode dimaksud. Sebagai contoh, misalkan bahwa sebuah mesin dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp 16.000.000,-  dengan taksiran nilai residu sebesar Rp 1.000.000,-  dan diperkirakan memiliki estimasi umur manfaat 10.000 jam operasi. Penyusutan per jam dihitung sebagai berikut:

Penyusutan=(Harga  Perolehan-Nilai Residu)/(Jumlah Estimasi)
Penyusutan=(Rp 16.000.000-Rp 1.000.000)/(10.000 Jam Operasi)  
                           =  Rp 1.500 per jam.

Dengan mengasumsikan bahwa mesin dioperasikan 2.200 jam selama satu tahun, maka penyusutan untuk tahun tersebut adalah Rp 1.500 x 2.200 jam = Rp 3.300.000.

Metode saldo menurun (declining balance method)
Metode saldo menurun (declining-balance method) menghasilkan  beban periodik yang terus menurun sepanjang estimasi umur manfaat aktiva. Untuk menerapkan metode ini, tarif penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan. Misalkan umur ekonomis suatu aset 5 tahun, tarif ini akan digandakan  dari tarif penyusutan garis lurus  20%  menjadi tarif 40%. Kemudian tarif ganda ini diterapkan pada harga pokok  dari aset itu untuk tahun pertama dari penggunaannya dan sesudah itu diterapkan pada nilai buku yang menurun (harga pokok dikurangi dengan penyusutan akumulatif). 
Formula perhiutungan penyusutan : (2 x % garis lurus) x (Harga perolehan – Akumulasi penyusutan)
Contoh:
Misalkan PT A membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 100.000.000 dengan taksiran umur ekonomis adalah 5 tahun. Perhitungan penyusutan atas aset tetap tersebut adalah sebagai berikut.

Tahun Perhitungan                      Beban Penyusutan     Akumulasi Penyusutan Nilai buku 
                     -                                          -                                     -             100,000,000 
 I 40%(100.000.000 - 0)                      40,000,000               40,000,000      60,000,000 
 II 40%(100.000.000 - 40.000.000)      24,000,000               64,000,000      36,000,000 
 III 40%(100.000.000 - 64.000.000)      14,400,000               78,400,000      21,600,000 
 IV 40%(100.000.000 - 78.400.000)        8,640,000               87,040,000      12,960,000 
 V (100.000.000 - 87.040.000)              12,960,000             100,000,000              - 

Metode jumlah angka tahun
Dengan metode ini penyusutan setiap tahun semakin menurun. Formulanya adalah sebagai berikut:
Jumlah  Angka Tahun = (n(n+1))/2 ( Harga perolehan –Nilai Sisa)
Contoh:
Misalkan PT A membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 100.000.000 dengan taksiran umur ekonomis adalah 5 tahun. Perhitungan penyusutan atas aset tetap tersebut adalah sebagai berikut. Jumlah angaka tahun=5(5+1)/2
      = 15
Tahun Perhitungan     Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 
   -                         -                              -                                 -        100,000,000 
 I   5/15 (100.000.000 - 0)      33,333,333          33,333,333          66,666,667 
 II 4/15 (100.000.000 - 0)      26,666,667          60,000,000          40,000,000 
 III 3/15 (100.000.000 - 0)      20,000,000          80,000,000          20,000,000 
 IV 2/15 (100.000.000 - 0)      13,333,333          93,333,333        6,666,667 
 V 1/15 (100.000.000 - 0)        6,666,667        100,000,000                       - 

Model Revaluasi
Revaluasi adalan penilaian kembali aset tetap perusahaan yang diakibatkan adanya kenaikan nilai wajar aset tersebut dipasaran sehingga mengakibatkan jumlah aset yang tercatat di laporan keuangan terlalu rendah akibatnya tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar, tujuan revaluasi adalah agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya yang wajar sehinggan mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.


7 komentar:

  1. slmt pagi .... mohon penjelasannya kl ada donasi dalam bentuk aktiva tetap apa harus di adakan penyusutan ??? sy mendapat donasi berupa uang tunai, kemudian dari penerimaan uang tunai tsb sy belikan inventaris dan peralatan kantor. bagaimana jurnal perlakuan akuntansinya ? trm kasih sebelumnya.

    BalasHapus
  2. Terimakasih artikel ini sgt membantu sy dlm mngrjkn tgs akuntansi sy :)

    BalasHapus
  3. Selamat Pagi !
    Saya baca artikel dengan contoh yang Saudara sampaikan sbb :
    Misalkan tanggal 1 Juni 2009 PT X menerima hadiah berupa 5 unit komputer sebesar Rp 15.000.000,- dan PT X mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000. Maka perolehan tersebut dicatat sebagai berikut:
    1/06/2009 Komputer 15.000.000,-
    Modal hadiah 14.900.000,-
    Kas 100.000,-

    Ada beberapa pertanyaan sbb :
    1. Bukankah pencatatan Modal hadiah dicatat sesuai harga perolehan ?
    2. Apabila biaya yang dikeluarkan itu sebagai biaya notaris/biaya kurir dll, maka menurut hemat saya harus ada jurnal pengeluaran Kas dengan lawannya adalah Biaya (yang akan diposting ke L/R), bagaimana menurut Saudara ?
    Demikian mohon penjelasan, terima kasih artikelnya sangat bermanfaat.

    Dudung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pencatatan aset berdasarkan harga perolehan. Jadi jurnal yang kita gunakan
      (D) inventaris-komputer 15.100.000
      (K) modal-hadiah 15.000.000
      (K) kas 100.000
      Tidak perlu ada akun biaya dalam kasus ini, karena pada kasus ini pencatatan aset tetap kita catat berdasarkan harga perolehan. jadi tidak memerlukan pencatatan ke laporan laba rugi sebagai biaya

      Hapus
  4. AKU HARUS MEMILIKI KARTU ATM BERPENGARUH UNTUK MENARIK MAKSIMUM $ 5000 HARIAN.
    AKU SUDAH TERSEMBUNYI KARENA AKU PESANAN DAN DIBAYAR UNTUK PENGIRIMAN, TIDAK DAPATKAN DIRI, DAN AKU SEKARANG SAYA SAYA RUMAH,
    BISNIS SAYA TELAH BERKEMBANG LEBIH BESAR.
    GEORG BEDNORZ (georgbednorzhackers@gmail.com) ADALAH NAMA HACKER USA INI YANG MEMBERIKAN KARTU
    DAN JUGA DIA MENAWARKAN SEMUA JENIS KREDIT DENGAN HANYA 2% SUKU BUNGA.

    BalasHapus



  5. Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.

    Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.

    saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Pembayaran yang fleksibel,
    Suku bunga rendah,
    Layanan berkualitas,
    Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan

    Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)

    Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)

    BalasHapus
  6. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    BalasHapus